26 Januari 2014

Penting! 7 Saran 'sinting' Bob Sadino untuk kawula muda

Siapa yang tidak mengenal Bob Sadino (biasa di panggil om Bob) ikon bisnis dan
motivasi yang sudah banyak menghiasi dinamika bisnis di Indonesia.
Bob Sadino dikenal blak-blakan dalam menyampaikan seminar bisnis,
dengan gayanya yang cuek dan selalu tampil dengan ciri khasnya yaitu
celana pendek. Beberapa kali mengikuti seminar dan diskusinya,
Anda pasti akan merekam statement-statement keras yang barangkali tidak lazim
bagi Anda. Statement yang menyebabkan kontroversi, dan bahkan
menyebabkan beberapa mahasiswa akhirnya keluar dan berhenti dari bangku kuliah.
Sebagai orang yang cerdas, apa yang disampaikannya terkadang tidak masuk
di akal dan tidak logis. Itulah sebabnya Anda, apalagi yang masih belum banyak
mengenal seminarnya beliau, harus menelaah dan mencermati apa maksud
ungkapan beliau dan apa yang terkandung dari statement yang beliau sampaikan.
Selama mengikuti beberapa kali seminar yang beliau sampaikan, berikut ada
beberapa catatan saya pribadi, yang menurut saya "sinting" jika kita menelan
mentah-mentah apa yang disampaikan. Ini merupakan pendapat saya pribadi,
Anda boleh sependapat, boleh juga tidak, itu hak Anda.
Coba simak statement yang sering beliau ungkapkan berikut ini.

1. "Jika ingin bahagia (Sukses) jangan jadi karyawan".

Di salah satu seminar beliau pernah menyatakan statement yang membuat
gemuruh peserta adalah, bahwa 'jika ingin bahagia (sukses), jangan
jadi karyawan'. Padahal peserta dari seminar itu adalah sebagian besar adalah
karyawan, bayangkan!
Statement beliau ini menurut saya, tidak salah. Namun juga tidak
sepenuhnya benar. Kebahagian dan kesuksesan itu tidak semata-mata
diukur dari banyaknya materi, dan apa profesi seseorang. Lalu apakah
hidup sebagai karyawan itu tidak bahagia? Tidak juga. Banyak karyawan
yang bahagia dengan segala kondisinya. Tentu parameter kebahagian
berbeda, beda setiap orang.

Apakah statement ini salah? Tidak juga. Memang peluang mencapai
kebahagian dengan keberlimpahan materi akan lebih terasa jika kita
menggapainya melalui bisnis, melalui dagang dan sukses. Tetapi tidak
sedikit juga pengusaha yang terlilit hutang dan akhirnya sengsara.
Sekali lagi pilihan sukses dan bahagia itu bergantung yang menjalani.
Tentu dengan konsekuensi masing-masing memang dengan berbisnis,
peluang seseorang untuk mencapai puncak kebahagian jauh lebih terbuka.

2. "Kuliah itu bikin goblok, siapa yang hadir di seminar ini,
besok jangan masuk kuliah"

Di seminar yang lain, beliau secara terang-terangan menyampaikan
kalau kuliah itu kegiatan "goblok", dan menyuruh besok jangan masuk kuliah.
Sangat frontal memang, menyampaikan statement seperti itu didepan ratusan
mahasiswa dan akademisi.

Tentu saja banyak audience yang kemudian heboh dengan sendirinya,
maklum sebagian peserta seminar itu adalah mahasiswa muda yang polos,
lugu, dan baru semangatnya mencari jatidiri di kampus tercinta. Mendengar
statement itu tentu batinnya berontak.

Namun kalau kita mau berpikir mendalam, apa yang disampaikan om Bob ini
sebenarnya sangat masuk akal. Namun bagi sebagian orang ini justru
menyesatkan, apalagi bagi MABA (mahasiswa Baru).

Maksud saya, jika Anda ingin mencapai karir bisnis Anda dengan otodidak
dan belajar berjualan sablon printing, misalnya (seperti yang banyak dilakukan
MABA saat membuat bisnis plan) terus apa gunanya kuliah, kalau yang
dipelajari adalah science. Maka apa istilah yang tepat kalau bukan
"goblok (versi Bob Sadino). Contoh lagi: bisnis di bidang hiburan
padahal kuliahnya Psikologi, bisnis di bidang desain padahal kuliahnya
di MIPA, bisnis makanan padahal kuliahnya di Teknik.
Bagaimana enggak goblok? apa yang susah-susah di pelajari,
tidak dipakai dalam bisnis. Lalu bagaimana seharusnya?
Anda seharusnya bisa menjawabnya.

3. "IPK di atas 3 koma alamat calon karyawan"

Ini ada salah satu fakta yang menarik. Kata Om Bob kalau kuliah
kok IPK-nya diatas 3, itu tandanya calon karyawan. Hmm, sangat
masuk akal, karena kecenderungan orang yang memiliki IPK bagus
apalagi di fakultas favorit, tentu memiliki idealisme tinggi untuk
mengaplikasikan ilmunya. Tidak lain adalah melamar kerja,
di perusahaan dan menjadi karyawan.

Itulah mengapa justru Bob Sadino mengajarkan, kalau mau sukses bisnis
IPK harus jeblok. Tidak salah sih. karena dengan demikian tidak memiliki
pilihan lain selain berwirausaha, karena kalaupun mau melamar kerja juga
tidak ada yang menerima karena IPK-nya dibawah standar, justru dengan
demikian akan "terpaksa" memilih jalan entrepreneur. Lalu apa jadinya
kalau IPK diatas 3, kemudian memilih berbisnis? Ada, tapi sangat sedikit.

Sekali lagi Life is a Choice, secara logika harusnya yang IPKnya
diatas 3 ini jika diaplikasikan dalam bisnis harusnya lebih bagus
lagi hasilnya, bukankah begitu?

4. "Kuliah itu hanya memasukkan "sampah" ke kepala Anda"

Salah satu saran "sinting" lainnya adalah "Kuliah itu memasukkan
sampah ke kepala Anda". Bagi setiap orang yang masih kuliah
mendengar statement ini pasti protes, tidak terkecuali peserta
seminar yang notabene masih kuliah.

Mereka merasa apa yang dilakukan setiap hari berarti memasukkan
sampah ke kepala mereka? Apakah ini salah? Tidak juga, karena
memang apa yang dipelajari itu tidak dipakai di kemudian hari, jika kita
bercita-cita menjadi bisnisman sukses seperti om Bob.

Apa sebabnya? Bob Sadino meniti karir bisnisnya dari nol dan
mempelajarinya dari lapangan, dari pengalaman dan dari percobaannya
sendiri. Makanya saat mempelajari sesuatu di bangku kuliah sementara
apa yang dipelajari itu tidak dipakai maka apa yang dipelajari itu menjadi
sampah bagi otak kita.

Satu statement yang menguatkan ini adalah bahwa dia berpesan,
"Jadilah manusia pembelajar". Jangan hanya dari bangku kuliah,
tapi pelajarilah dari kuliah kehidupan yang Anda jalani.

5. "Kalau ingin kaya, bisnis sayuran"

Haha.. secara, awalnya beliau adalah pengusaha sayuran pantas
saja usaha yang direkomendasikan adalah bisnis sayuran.
Mengapa ini saya sebut "sinting"? Tidak lain karena ini adalah tipikal orang
yang konsisten dengan apa yang diucapkan. Dia mengajarkan
apa yang dia lakukan, menunjukkan apa yang sudah dilalui - jadi tidak
asal bunyi saja. Cerdas bukan?

6. "Pebisnis itu harus nyentrik"

Apakah pebisnis harus nyentrik? Hmm bisa iya, bisa juga tidak,
kalau tipikalnya om Bob Sadino, senyentrik itu pun tentu orang akan
menaruh rasa hormat ke beliau, maklum, selain pengusaha,
dia juga menjadi mentor banyak orang, dan menghasilkan pengusaha
yang berbobot juga dibawah angkatannya om Bob. Wajar bila senyentrik
apapun penampilannya oran akan segan dengan beliau. Nah kalo kita-kita,
itu kembali ke kita saja, ingin nyentrik silahkan, tidak juga tidak menjadi masalah.

7. "Bisnis itu hanya modal dengkul. bahkan jika Anda tidak punya
dengkul, pinjam dengkul orang lain

Banyak peserta di sesi tanya jawab mengeluhkan tentang keterbatasan
modal yang dimiliki, lalu apa kata om Bob tentang ini?

Dia berujar, "Mau gak kira-kira kalau dengkulnya dibeli 500 juta? Tidak mau kan,
berarti Anda punya modal 1 milyar dengan 2dengkul Anda!" Paham?
Begitulah karakter om Bob yang nyentrik, "sinting" bagi sebagian
orang yang hanya menangkap apa yang diucapkan tapi bukan apa yang
ingin disampaikan, beruntunglah orang yang di"sinting"kan beliau
ke jalan kebaikan kemudian menjadi entrepreneur dan sukses.

Jika gagal, maka wajib menghabiskan kegagalan itu hingga hanya berhasil
yang bersisa. Ada satu ucapan yang menarik yang patut Anda catat. 
Inilah mengapa saya menulis tulisan ini dan membaginya untuk Anda. 
Ketika itu saya mengikuti seminarnya, kemudian dalam sesi tanya jawab 
saya iseng-iseng bertanya sekaligus juga ingin menjebak om Bob.
Pertanyaan saya seperti ini "Bisnis apakah yang prospektif om Bob?"
Sebelum menjawab dia menanyakan kepada saya, 
"Kamu sendiri sudah punya bisnis?" saya sahut "Belum, 
makanya saya ingin tanya kepada om Bob?"
Sambil tertawa beliau menjawab 
"Bisnis yang prospektif adalah bisnis yang "dijalankan" 
bukan ditanyakan terus!"

Sangat singkat namun mengena, saya terhenyak dengan jawabannya. 
Selama ini saya hanya mencari referensi, bertanya sana sini tanpa 
segera berdiri dan memulai membuka bisnis. Bagaimana dengan Anda? 
Sudahkah Anda memulai bisnis Anda?
Artikel ini ditulis oleh : rendy yulianto (merdeka.com)