29 Oktober 2014

Gusiku Berdarah, padahal lagi Hamil !


 Ini masa hamil pertamaku, tentu saja aku senang dan bahagia begitu juga dengan suamiku. Dan, sama seperti kebanyakan wanita hamil lainnya yang banyak mengalami perubahan dalam fisik atau emosional. Aku juga mengalami hal yang sama seperti mereka, seperti mual-muntah, badan sering lemas atau meriang. Semua ini di pengaruhi faktor hormonal, tapi ada beberapa hal yang membuatku khawatir. Salah satunya gusiku yang suka dengan tiba-tiba berdarah, sampai aku berfikir apa karena aku malas minum susu hamil ?

Sekali-duakali aku masih cuek, tapi setelah ini terjadi berulang-ulang akhirnya aku khawatir juga. Mulai lah aku searching tentang gusi berdarah ini di google, puji Tuhan ketemu jawabannya.

Gusi berdarah atau disebut juga gejala penyakit radang gusi (gingivitis), memiliki gejala seperti gusi bengkak, gusi tampak kemerahan, terasa sakit, dan ada gigi yang goyang/lepas. Gusi berdarah umumnya muncul karena masalah kesehatan dan kebersihan mulut yang tidak terjaga dengan baik. Sedangkan alasan lainnya di karenakan kesalahan saat menyikat gigi dengan tekanan yang kuat pada gusi, merokok, serta pengaruh hormonal.

Menurut drg. Citra Kusumasari, SpKG., masalah gusi berdarah pada ibu hamil (pregnancy-associated gingivitis atau gravidarum gingivitis ) lebih disebabkan faktor hormonal. Perubahan hormon semasa kehamilan membuat meningkatnya hormon steroid pada cairan gusi dan peningkatan bakteri Prevotella intermedia yang menggunakan steroid sebagai faktor pertumbuhannya pada ibu hamil. 

Sedangkan Menurut dr. Boy Abidin, SpOG perubahan hormon semasa kehamilan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada ibu hamil : Contoh, ibu jadi kerap mengalami mual-muntah di pagi hari (morning sickness)  atau ibu mengalami perubahan fisik secara bertahap. Dan, yang paling dominan, perubahan hormonal bisa berdampak pada saluran pencernaan ibu hamil; dari mulut, lambung, usus, sampai anus.

Tercatat sekitar 5-10% ibu hamil mengalami pembengkakan gusi (epulis gravidarum) atau pregnancy tumor. Epulis gravidarum  biasanya terjadi pada gusi di antara dua gigi (interdental) dan terutama gigi depan.  Pembengkakan yang terjadi dapat berkembang dengan cepat, meskipun umumnya diameter bengkaknya/lesinya berukuran tidak lebih dari 2 cm

Kondisi radang gusi yang tidak ditangani akan memburuk dan dapat menjadi periodontitis;  suatu kondisi dimana terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi. Hal ini ditandai dengan pembengkakan gusi, terdapatnya celah antara gigi dan gusi, serta gusi turun. Di celah antara gigi dan gusi umumnya bakteri akan bersarang.

Lama kelamaan,jika tidak di tangani secara serius maka hal ini menjadi rentan terkena infeksi, tulang yang menjadi landasan pun akan sangat rentan dan membuat  kedudukan gigi jadi goyang atau bahkan lepas. Bila sampai terjadi infeksi, bakteri bisa menjalar masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan gangguan berupa stroke, diabetes, dan jantung.

Menurut drg. Citra Kusumasari, SpKG ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan perawatan gigi dan rongga mulut pada saat kehamilan, antara lain:

1.    Kontrol plak
Pembersihan plak dan karang gigi di dokter gigi dapat dilakukan selama kehamilan. Biasanya, obat kumur sebagai antibakteri yang diberikan oleh dokter gigi adalah yang tidak mengandung alkohol.

2.    Pengaturan waktu berkunjung ke dokter gigi
Akan lebih bijaksana jika kunjungan ke dokter gigi tidak dilakukan pada trimester pertama dan pertengahan akhir trimester ketiga, kecuali dalam keadaan yang darurat. Trimester pertama adalah waktunya pembentukan dan perkembangan organ pada janin Anda. Pada saat ini, janin Anda sangat rentan terhadap gangguan dari lingkungan luar. Pada pertengahan akhir trimester ketiga, rahim sangat rentan terhadap rangsangan dari luar sehingga, jika ada gangguan, maka dapat menyebabkan bayi lahir prematur.

Waktu teraman untuk melakukan perawatan ke dokter gigi adalah pada trimester kedua. Pentingnya perawatan gigi pada trimester kedua adalah untuk mengeliminasi penyakit aktif dan menghilangkan potensi masalah besar yang mungkin timbul di akhir kehamilan.

3.    Pengaturan waktu untuk melakukan rontgen gigi
Sebaiknya hindari melakukan rontgen gigi pada saat kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Namun, jika kondisi mendesak, maka boleh dilakukan. Namun, pasien harus terlindungi dengan baik menggunakan apron.

4.    Selektif memilih obat-obatan
Penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan harus sangat diperhatikan karena obat akan mempengaruhi janin melalui plasenta. Konsultasikan terlebih dahulu semua obat yang diberikan oleh dokter gigi Anda, dan kepada dokter spesialis kandungan sebelum Anda mengonsumsinya. Konsumsi obat di trimester pertama sebaiknya dihindarkan.

Jika kondisi gusi yang membengkak didiamkan saja, maka keadaan yang mungkin timbul selanjutnya adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi. Gejala yang akan timbul, antara lain, semakin meningkatnya rasa sakit dan perdarahan pada gusi, kegoyangan gigi, dan bau mulut.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peradangan pada jaringan pendukung gigi berkaitan erat dengan risiko kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu) dan berat badan bayi yang kurang (kurang dari 2.500 g). Dan sebaiknya perbanyak konsumsi sayuran hijau dan buah yang mengandung vitamin C untuk menjaga kesehatan gusi Anda.

Sumber : Tabloid nakita & kompas Health